Sabtu, Juli 19, 2014

Tentara Hizbullah dan Syi'ah

Posted by Unknown On Sabtu, Juli 19, 2014
Peperangan di wilayah Libanon pada pertengahan 2006M seakan menorehkan kegetiran. Sebuah pertempuran yang konon "dimenangkan" oleh Hizbullah atas Yahudi telah menyihir kaum Muslimin, yang pada umumnya terpesona dengan kemenangan kelompok tersebut. Bahkan sebuah media massa Islam, edisi September 2006 dalam salah satu rubriknya, telah mengulas dan memberikan sanjungan terhadap Musa ash Shadr, salah satu tokoh Syi'ah yang memiliki benang merah dengan Hizbullah. 
 
Oleh karena itu, sebagai kaum Muslimin, kita harus waspada. Betapa tidak? Hizbullah yang merupakan pasukan milik kaum Syi'ah di Libanon itu, tentu tetap mengusung aqidah Syi'ah. Yang dalam perjalanannya, Syi'ah sangat memusuhi Ahlu Sunnah, atau kaum Muslimin secara umum. Semestinya kita bersikap kritis dan waspada, bukan justru tertipu dengan menyanjungnya.  

Tulisan berikut hanyalah mengungkap sedikit tentang Musa ash Shadr, yang merupakan tokoh penting sebagai pendahulu munculnya gerakan Syi'ah di Libanon yang kini populer. Lebih jauh tentang data-data empirisnya, bisa dikaji dalam kitab Wa Ja`a Daurul-Majus, karangan Dr. 'Abdullah bin Muhammad Gharib, Cet. VI, Th. 1408 H – 1988 M, tanpa penerbit.
 
Hubungannya dengan Khomaini sangat erat. Ahmad, putra Khomainimenikahi kemenakan perempuan Musa Shadr. Sedangkan kemenakan lelakinya kawin dengan cucu Khomaini.  

Musa ash Shadr berimigrasi ke Libanon pada tahun 1958, dengan menyandang status sebagai seorang ulama yang didelegasikan dari Najef untuk menghidupkan aktifitas keagamaan di kalangan orang-orang Syi'ah Libanon.
 
Di Libanon, Musa Shadr menjumpai kondisi yang sangat kondusif. Pimpinan Libanon Fuad Syihab memberinya berbagai fasilitas. Di antaranya kemudahan mendapatkan kewarganegaraan Libanon, yang sebenarnya sulit diraih oleh orang non Nashara. Faktanya, masih banyak suku dan penduduk yang bermukim di sana sejak lama belum berhasil mendapatkan kewarganegaraan Libanon, karena bukan penganut Nashara. Akan tetapi berbeda dengan Musa Shadr. Aneh, dia begitu mudah mendapatkan kewarganegaraan Libanon, padahal merupakan pendatang yang baru saja menginjakkan kakinya di bumi Libanon.  

Seperti dinyatakan oleh Dr. Musa al Musawi yang juga seorang politikus, bahwa pada tahun 1958 M, Jendral Bakhtiar, Panglima Angkatan Bersenjata Iran mengutus Musa ash Shadr ke Libanon, membekalinya dengan bekal finansial yang dibutuhkan. Setelah sepuluh tahun, Musa ash Shadr menduduki pimpinan majlis tinggi Syi'ah di Libanon. Pemerintah Iran telah menganggarkan satu juga lira Libanon untuk tujuan tersebut.
 
Pendirian AMAL (Afwajul-Muqamawatil-Lubnaniyyah), merupakan langkah Musa ash Shadr berikutnya. Gerakan ini sebagai sayap militer bagi orang-orang yang terpinggirkan (harakah mahrumin yang ia dirikan) di Libanon (baca, Syi'ah) dan guna mempertahankan kepentingan-kepentingan di sana.  

Sebelumnya, sayap militer ini merupakan gerakan di bawah tanah. Namun, pasca meledaknya sebuah granat di kamp latihan mereka, eksistensinya pun disosialisasikan. Padahal sebelumnya, Musa ash Shadr termasuk orang yang menentang mempersenjatai warga sipil.
 
Disebutkan dalam al Mausu'ah (1/442), gerakan Afwajul-Muqamawatil-Lubnaniyyah (AMAL), adalah sebuah gerakan yang mengadopsi aqidah Syi'ah dan madzhab Ja’fari dalam seluruh keyakinannya. Pemberontakan dan perlawanan bersenjata menjadi salah satu dasar pendirian gerakan ini. Namun yang layak dipertanyakan ialah, perlawanan kepada siapa?
 
Kalau melakukan perlawanan kepada Nashara, maka tidak mungkin, lantaran Nashara telah membuka pintu di Libanon bagi AMAL. Dan bukan juga untuk melawan kekuatan Zionisme Yahudi. Sebab, Musa ash Shadr pernah mengatakan : "Kami tidak sedang dalam kondisi peperangan dengan Israil (Yahudi)…".  

Bila bukan Nashara ataupun Yahudi, maka tidak ada lawan yang tersisa, kecuali Ahli Sunnah dan organisasi-organisasi milik warga Pelestina yang ia anggap mewakili Ahli Sunnah, dan berpotensi menjadi duri bagi mereka. 
 
Untuk mengelabui khalayak, ia mengusung motto humanis palsu bagi organisasinya ini, seperti beriman kepada Allah, menghidupkan budaya Libanon, menegakkan keadilan sosial, terutama di wilayah Libanon bagian selatan yang tersebar opini adanya jalinan kerja sama antara pembesar AMAL dengan Yahudi. Begitu pula fakta menunjukkan, jika gerakan ini menjalin hubungan dengan dunia luar. Ini menjadi jelas, dengan adanya kerja sama dengan musuh Islam untuk menghantam kaum Muslimin Sunni di Libanon. Pendanaan baginya dari luar tetap mengalir lancar, kendati muncul gerakan militer baru Syi'ah, yaitu Hizbullah di Libanon yang berafiliasi kepada Iran.  

Dari berbagai pemikirannya, dapat disimpulkan (Al Mausu’ah, 1/443), bahwa organisasi AMAL di Libanon bukan merupakan gerakan agama, tetapi merupakan gerakan sekulerisme dan untuk memfasilitasi kaum Syi'ah yang terpinggirkan di sana. Orientasinya sangat jauh dari nilai-nilai Islam. Penetapan orientasi gerakan ini dilakukan oleh 180 pemikir Libanon yang mayoritas beragama Nashara. 
 
Dengan sedikit catatan tentang dirinya, apakah sepantasnya seorang Musa ash Shadr dielu-elukan dan disanjung? Tentu jawabnya, tidak!
 
Sumber : http://almanhaj.or.id/content/2327/slash/0/musa-ash-shadr-penganut-agama-syiah/
 
 

0 komentar:

Blogger news


Blogroll

Yang sudah mengunjungi blog ini

web visitor statistics