Sabtu, Agustus 17, 2013

Pentingnya Belajar

Posted by Unknown On Sabtu, Agustus 17, 2013
Dahulu, ada 3 orang sahabt yang mengininginkan kebaikan dengan cara melakukan ibadah yang tidak biasanya. Orang pertama akan puasa terus tanpa berbuka, yang kedua akan shalat terus tanpa pernah tidur dan yang ketiga akan beribadah terus dan tidak menikah.

Pada zaman sekarang, kebanyakan orang kurang lebih sama seperti apa yang ditulis penulis diatas. Kebanyakan orang menilai suatau ibadah hanya pada faktor keikhlasannya. "Yang penting kan niatnya" atau "Yang penting 'kan ikhlas", itulah hujjah kebanyakan orang. Padahal disatu sisi, ibadah juga dinilai dari sesuai tidaknya dengan tuntunan Rasulullullah -shallallahu 'alaihi wa sallam-. 3 sahabat yang juga bermodalkan ikhlas tersebut, ditegur oleh Rasulullah tentang ibadah mereka. Kenapa? Kalau ditinjau dari segi niatnya, mereka memang bagus, namun kenapa ditegur? Hal ini dapat dijawab berdasarkan hadits Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam :
أَنْتُمْ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي رواه البخاري ومسلم
"Apakah kalian yang mengatakan begini-begini? Demi Allâh saya adalah orang yang paling takut dan paling bertakwa kepada Allâh di antara kalian. Akan tetapi saya berpuasa juga berbuka, saya shalat malam namun juga tidur, dan saya mengawini wanita. Barangsiapa tidak suka pada Sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku"

So, apa artinya? Artinya, suatu ibadah tidak hanya dinilai dari segi niatnya tapi juga dari segi tuntunan Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam-.

Itu masih mendingan, sebab ibadah yang ingin dilakukan 3 sahabat itu, masih ada tuntunannya, terus bagaimana dengan suatu perkara yang tidak ada dsarnya dan diklaim sebagai ibadah? tentunya hasilnya akan lebih buruk lagi.

Dari tulisan diatas, menunjukkan bagaiman pentingnya belajar agama. Dengan itu, maka kita bisa mengetahui hal-hal yang sunnah dan mana yang bukan sunnah. Mana yang ada dalilnya dan tidak ada dalilnya. Orang-orang yang mengada-ada dalam hal ibadah contonhya seperti berzikir sambil menari-nari (berputar seperti gasing) dan dengan hal tersebut mereka merasa telah berzikir bersama Allah. Lalu pertanyaannya, dimanakah dalilnya, pernahkah Rasulullah mencontohkan hal demikian? Apakah mereka merasa leboh baik dari Rasulullah, sehingga membuat-buat syari'at ibadah yang tidak ada tuntunannya? Padahal Allah dalam Al-Qur'an mengajarkan berzikir dengan suara yang pelan, bukan dengan menari. Dari segi niat, hal ini sudah bagus, yaitu bertujuan mendekatkan dir kepada Allah, namun tata caranya yang menyelisihi sunnah, itulah yang membuat ibadah semacam ini tertolak.

Pastinya kita semua sepakat, bahwa tidak ada manusia yang lebih baik amalannya dari Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam-, tapi sehebat apapun amalan Rasulullah, beliau tidak mencontohkan zikir berputar-putar dan menari. Artinya apabila ada yang beramal dengan cara seperti tiu, maka amalan tersebut tertolak walaupun dia ingin  menandingi amalan Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam-

Begtu juga dengan pengagungan kepada kubur. Banyak orang berususah-susah melakukan perjalanan jauh, untuk mint-minta di kuburan. Padahal Rasulullah tidak pernah mengajarkan hal ini bahkan beliau melarangnya. Tapi anehnya, banayk orang beralasan "yang penting kan ikhlas/niatnya ikhlas". Ingat, niat saja tidak cukup namun dibutuhkan contoh amalan dari Rasulullah, agar amalan tersebut dapat diterima. Dan ingat, segala hal mengenai ibadah tidak bisa kita dapatkan dengan cara lain selain dengan belajar

Semoga Allah memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita untuk meniti hidup ini agar sesuai dengan manhaj yang benar.

0 komentar:

Blogger news


Blogroll

Yang sudah mengunjungi blog ini

web visitor statistics