“Tidak mengapa, semoga sakitmu ini membersihkanmu dari dosa-dosa, Insya Alloh.” (HR. al-Bukhari).
Selasa, November 25, 2014
Adab Menjenguk Orang Sakit
Posted by Unknown
On Selasa, November 25, 2014
hendaknya orang yang membesuk mendoakan orang yang sakit:
“Tidak mengapa, semoga sakitmu ini membersihkanmu dari dosa-dosa, Insya Alloh.” (HR. al-Bukhari).
لاَ بَأْسَ طَهُورٌ اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ
“Tidak mengapa, semoga sakitmu ini membersihkanmu dari dosa-dosa, Insya Alloh.” (HR. al-Bukhari).
Hati-hati Terhadap Kufur Nikmat
Posted by Unknown
On Selasa, November 25, 2014
Nikmat yang Allah berikan kepada kita sangatlah banyak. Tidak ada
seorangpun diantara kita yang mampu menghitungnya. Baik berupa harta,
keluarga, kesehatan dan yang paling besar adalah nikmat hidayah iman dan
islam. Sebagaimana yang Allah firmankan :
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)” (QS. An Nahl: 53)
Kufur nikmat merupakan lawan dari mensyukuri nikmat. Syukur adalah menampakkan pengaruh nikmat yang telah Allah berikan kepada seorang hamba dari hatinya dengan keimanan, dari lisannya dengan pujian dan dari anggota badannya dengan ibadah serta ketaatan1. Sehingga seorang dapat dikatakan bersyukur jika terpenuhi tiga unsur :
Syaikh Shalih bin Abdul Aziz alu Syaikh menjelaskan dalam kitab At-Tamhid : “Maka wajib bagi seorang hamba memahami benar-benar bahwa setiap nikmat adalah berasal dari Allah. Kesempurnaan tauhid tidak mungkin terwujud tanpa sikap penyandaran setiap nikmat kepada Allah. Penyandaran nikmat kepada selain Allah merupakan kekurangan dari kesempurnaan tauhid dan termasuk dalam kesyirikan kepada Allah"
Sesungguhnya nikmat pertolongan itu datang dari Allah ta’ala. Allah menjadikan sebab datangnya seseorang untuk terwujudnya pertolongan. Sudah sepatutnya kita menyandarkan hati/tawakal hanya kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya.
Allah ta’ala berfirman :
“Mereka mengetahui nikmat Allâh, kemudian mereka mengingkarinya” (QS : An-Nahl:83).
Syaikh ‘Utsaimin menjelaskan makna ayat tersebut : “Mereka mengingkari penyandaran nikmat kepada Allah. Mereka menjadikan penyandaran hatinya hanya kepada sebab. Mereka lupa kepada yang menciptakan sebab yaitu Allah subhanahu wata’ala.”
Para ulama merinci orang yang menyandarkan nikmat kepada selain Allah menjadi beberapa keadaan.
1. Jika penyandaran nikmat tersebut dengan maksud berita, serta berita tersebut adalah berita yang benar dan sesuai kenyataan, maka hal ini dibolehkan.
contoh : Seorang mendapat warisan sebuah rumah yang ia tinggali. Kemudian ia di tanya :”Dari mana engkau dapatkan rumah ini?” maka ia menjawab :”Rumah ini warisan dari orang tua saya”
2. Jika penyandaran nikmat tersebut menunjukkan sebab diperolehnya nikmat, maka dirinci menjadi beberapa keadaan :
Sebab tersebut adalah sebab yang tidak nampak dan tidak dapat memberikan pengaruh sama sekali, maka hal ini termasuk kedalam syirik akbar.
Contoh : Seseorang berkata : Seandainya tidak ada wali fulan tidak akan terjadi ini dan itu (dengan keyakinan wali yang telah mati tersebut dapat mengatur apa yang terjadi di dunia)
Sebab tersebut adalah sebab yang diterima secara syari’at atau qodari (yaitu sebab yang diketahui dapat memberikan pengaruh setelah melalui percobaan atau penelitian), maka hal ini diperbolehkan dengan syarat tanpa disertai keyakinan bahwasanya sebab tersebut dapat memberikan pengaruh dengan sendirinya dan tanpa melupakan Dzat yang sesungguhnya telah memberikan nikmat tersebut, yaitu Allah ta’ala
Contoh : Seseorang mendapatkan nikmat sembuh dari suatu penyakit dengan sebab meminum obat tertentu. Namun ia meyakini yang memberikan kesembuhan adalah Allah. Ia mengatakan “Setelah minum obat ini penyakit saya sembuh atas izin Allah”
Sebab tersebut adalah sebab yang nampak, namun bukan merupakan sebab yang dibenarkan baik secara syari’at maupun qodari, dengan tetap diiringi keyakinan Allah yang memberikan nikmat tersebut. Maka hal ini termasuk dalam syirik kecil.
Allah ta’ala memberikan banyak pelajaran kepada kita melalui kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an. Diantara kisah tersebut adalah kisah Qorun yang memiliki harta berlimpah sebagaimana terdapat dalam Al- Qur’an surat Al-Qashash ayat 76 sampai 83. Pada ayat tersebut diceritakan Qorun berlaku sombong atas harta yang ia miliki. Allah berfirman :
“Qorun berkata: “”Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena
ilmu yang ada padaku.” Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah
sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat
daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu
ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.” (QS Al-Qashash : 78)
Dalam ayat tersebut, Allah menceritakan kisah Qorun yang tidak mensyukuri nikmat yang telah diberikan kepadanya. Ia tidak memuji Allah yang telah memberikan nikmat kepadanya. Ia juga tidak menggunakan nikmat harta yang diperoleh dalam jalan ketaatan. Maka inilah bentuk kufur nikmat yang dilakukan Qorun. Maka Allah memberikan adzab yang pedih yaitu ditenggelamkan ke dalam bumi beserta seluruh hartanya. Allah ta’ala berfirman :
“Maka Kami benamkanlah Qorun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap adzab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).” (QS. Al Qashash : 81).
Demikianlah balasan bagi orang-orang yang kufur terhadap nikmat Allah. Sudah seharusnya kita mengambil pelajaran dari kisah tersebut sehingga tidak ada pada diri kita sifat kufur nikmat. Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang pandai bersyukur dan dijauhkan dari sifat kufur nikmat.
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
Kufur nikmat merupakan lawan dari mensyukuri nikmat. Syukur adalah menampakkan pengaruh nikmat yang telah Allah berikan kepada seorang hamba dari hatinya dengan keimanan, dari lisannya dengan pujian dan dari anggota badannya dengan ibadah serta ketaatan1. Sehingga seorang dapat dikatakan bersyukur jika terpenuhi tiga unsur :
- Hatinya meyakini bahwa semua nikmat yang didapatkan adalah berasal dari Allah
- Lisannya memuji Allah
- Anggota badannya digunakan untuk beramal sholeh
Syaikh Shalih bin Abdul Aziz alu Syaikh menjelaskan dalam kitab At-Tamhid : “Maka wajib bagi seorang hamba memahami benar-benar bahwa setiap nikmat adalah berasal dari Allah. Kesempurnaan tauhid tidak mungkin terwujud tanpa sikap penyandaran setiap nikmat kepada Allah. Penyandaran nikmat kepada selain Allah merupakan kekurangan dari kesempurnaan tauhid dan termasuk dalam kesyirikan kepada Allah"
Sesungguhnya nikmat pertolongan itu datang dari Allah ta’ala. Allah menjadikan sebab datangnya seseorang untuk terwujudnya pertolongan. Sudah sepatutnya kita menyandarkan hati/tawakal hanya kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya.
Allah ta’ala berfirman :
يَعْرِفُونَ نِعْمَةَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا
Syaikh ‘Utsaimin menjelaskan makna ayat tersebut : “Mereka mengingkari penyandaran nikmat kepada Allah. Mereka menjadikan penyandaran hatinya hanya kepada sebab. Mereka lupa kepada yang menciptakan sebab yaitu Allah subhanahu wata’ala.”
Para ulama merinci orang yang menyandarkan nikmat kepada selain Allah menjadi beberapa keadaan.
1. Jika penyandaran nikmat tersebut dengan maksud berita, serta berita tersebut adalah berita yang benar dan sesuai kenyataan, maka hal ini dibolehkan.
contoh : Seorang mendapat warisan sebuah rumah yang ia tinggali. Kemudian ia di tanya :”Dari mana engkau dapatkan rumah ini?” maka ia menjawab :”Rumah ini warisan dari orang tua saya”
2. Jika penyandaran nikmat tersebut menunjukkan sebab diperolehnya nikmat, maka dirinci menjadi beberapa keadaan :
Sebab tersebut adalah sebab yang tidak nampak dan tidak dapat memberikan pengaruh sama sekali, maka hal ini termasuk kedalam syirik akbar.
Contoh : Seseorang berkata : Seandainya tidak ada wali fulan tidak akan terjadi ini dan itu (dengan keyakinan wali yang telah mati tersebut dapat mengatur apa yang terjadi di dunia)
Sebab tersebut adalah sebab yang diterima secara syari’at atau qodari (yaitu sebab yang diketahui dapat memberikan pengaruh setelah melalui percobaan atau penelitian), maka hal ini diperbolehkan dengan syarat tanpa disertai keyakinan bahwasanya sebab tersebut dapat memberikan pengaruh dengan sendirinya dan tanpa melupakan Dzat yang sesungguhnya telah memberikan nikmat tersebut, yaitu Allah ta’ala
Contoh : Seseorang mendapatkan nikmat sembuh dari suatu penyakit dengan sebab meminum obat tertentu. Namun ia meyakini yang memberikan kesembuhan adalah Allah. Ia mengatakan “Setelah minum obat ini penyakit saya sembuh atas izin Allah”
Sebab tersebut adalah sebab yang nampak, namun bukan merupakan sebab yang dibenarkan baik secara syari’at maupun qodari, dengan tetap diiringi keyakinan Allah yang memberikan nikmat tersebut. Maka hal ini termasuk dalam syirik kecil.
Allah ta’ala memberikan banyak pelajaran kepada kita melalui kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an. Diantara kisah tersebut adalah kisah Qorun yang memiliki harta berlimpah sebagaimana terdapat dalam Al- Qur’an surat Al-Qashash ayat 76 sampai 83. Pada ayat tersebut diceritakan Qorun berlaku sombong atas harta yang ia miliki. Allah berfirman :
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي أَوَلَمْ
يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ
هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا وَلَا يُسْأَلُ عَنْ
ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ
Dalam ayat tersebut, Allah menceritakan kisah Qorun yang tidak mensyukuri nikmat yang telah diberikan kepadanya. Ia tidak memuji Allah yang telah memberikan nikmat kepadanya. Ia juga tidak menggunakan nikmat harta yang diperoleh dalam jalan ketaatan. Maka inilah bentuk kufur nikmat yang dilakukan Qorun. Maka Allah memberikan adzab yang pedih yaitu ditenggelamkan ke dalam bumi beserta seluruh hartanya. Allah ta’ala berfirman :
فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ
مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ
الْمُنْتَصِرِينَ
“Maka Kami benamkanlah Qorun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap adzab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).” (QS. Al Qashash : 81).
Demikianlah balasan bagi orang-orang yang kufur terhadap nikmat Allah. Sudah seharusnya kita mengambil pelajaran dari kisah tersebut sehingga tidak ada pada diri kita sifat kufur nikmat. Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang pandai bersyukur dan dijauhkan dari sifat kufur nikmat.
Sunnah Yang Terlupakan
Posted by Unknown
On Selasa, November 25, 2014
Imam Syafi’i -rahimahullah- mengatakan:
Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- mengucapkannya ( “Innal ‘Aisya ‘Aisyul Akhirah“) di momen yang paling membahagiakan dan di momen yang paling menyusahkan.
Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- mengucapkannya ( “Innal ‘Aisya ‘Aisyul Akhirah“) di momen yang paling membahagiakan dan di momen yang paling menyusahkan.
Senin, Oktober 20, 2014
Wala' dan Bara'
Posted by Unknown
On Senin, Oktober 20, 2014
al-Wala’ wal Bara’ atau loyalitas dan kebencian merupakan
bagian penting di dalam Islam. Cinta dan benci karena Allah bahkan
merupakan simpul keimanan yang paling kuat.
Mujahid rahimahullah berkata, “Sekuat-kuat simpul keimanan adalah cinta karena Allah dan membenci karena Allah.”
Imam Ibnu Baththal rahimahullah mengatakan, “Adapun pertanyaan yang diajukan mengenai kemurtadan pengikutnya. Latar belakangnya adalah bahwa orang yang masuk (agama) tanpa dilandasi dengan bashirah/ilmu tentangnya niscaya ia akan mudah untuk kembali (murtad) dan goyah. Adapun orang yang masuk -ke dalam Islam- dengan landasan ilmu dan keyakinan yang benar maka hal itu akan menghalanginya dari kemurtadan.”
Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Pokok dan ruh ketauhidan adalah memurnikan rasa cinta untuk Allah semata, dan hal itu merupakan pokok penghambaan dan penyembahan kepada-Nya. Bahkan, itulah hakikat dari ibadah. Tauhid tidak akan sempurna sampai rasa cinta seorang hamba kepada Rabbnya menjadi sempurna, dan kecintaan kepada-Nya harus lebih diutamakan daripada segala sesuatu yang dicintai. Sehingga rasa cintanya kepada Allah mengalahkan rasa cintanya kepada selain-Nya dan menjadi penentu atasnya, yang membuat segala perkara yang dicintainya harus tunduk dan mengikuti kecintaan ini yang dengannya seorang hamba akan bisa menggapai kebahagiaan dan kemenangannya.”
Sehingga tidak akan terkumpul pada diri seseorang antara keimanan dengan rasa cinta kepada musuh-musuh Allah. Allah ta’ala berfirman,
قَدۡ كَانَتۡ لَكُمۡ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ۬ فِىٓ إِبۡرَٲهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ ۥۤ إِذۡ قَالُواْ لِقَوۡمِہِمۡ إِنَّا بُرَءَٲٓؤُاْ مِنكُمۡ وَمِمَّا تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ كَفَرۡنَا بِكُمۡ وَبَدَا بَيۡنَنَا وَبَيۡنَكُمُ الۡعَدَٲوَةُ وَالۡبَغۡضَآءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤۡمِنُواْ بِاللَّهِ وَحۡدَهُ
“Sungguh telah ada teladan yang baik pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya, yaitu ketika mereka berkata kepada kaumnya; Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari segala yang kalian sembah selain Allah. Kami ingkari kalian dan telah nyata antara kami dengan kalian permusuhan dan kebencian untuk selamanya sampai kalian mau beriman kepada Allah saja” (QS. al-Mumtahanah: 4)
Dari Anas radhiyallahu’anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Tanda keimanan adalah mencintai kaum Anshar dan tanda kemunafikan adalah membenci kaum Anshar.” (HR. Bukhari)
Sumber : http://abuabdurrohmanmanado.wordpress.com/2013/12/30/kaitan-tauhid-dengan-al-wala-wal-bara/
Mujahid rahimahullah berkata, “Sekuat-kuat simpul keimanan adalah cinta karena Allah dan membenci karena Allah.”
Imam Ibnu Baththal rahimahullah mengatakan, “Adapun pertanyaan yang diajukan mengenai kemurtadan pengikutnya. Latar belakangnya adalah bahwa orang yang masuk (agama) tanpa dilandasi dengan bashirah/ilmu tentangnya niscaya ia akan mudah untuk kembali (murtad) dan goyah. Adapun orang yang masuk -ke dalam Islam- dengan landasan ilmu dan keyakinan yang benar maka hal itu akan menghalanginya dari kemurtadan.”
Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Pokok dan ruh ketauhidan adalah memurnikan rasa cinta untuk Allah semata, dan hal itu merupakan pokok penghambaan dan penyembahan kepada-Nya. Bahkan, itulah hakikat dari ibadah. Tauhid tidak akan sempurna sampai rasa cinta seorang hamba kepada Rabbnya menjadi sempurna, dan kecintaan kepada-Nya harus lebih diutamakan daripada segala sesuatu yang dicintai. Sehingga rasa cintanya kepada Allah mengalahkan rasa cintanya kepada selain-Nya dan menjadi penentu atasnya, yang membuat segala perkara yang dicintainya harus tunduk dan mengikuti kecintaan ini yang dengannya seorang hamba akan bisa menggapai kebahagiaan dan kemenangannya.”
Sehingga tidak akan terkumpul pada diri seseorang antara keimanan dengan rasa cinta kepada musuh-musuh Allah. Allah ta’ala berfirman,
قَدۡ كَانَتۡ لَكُمۡ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ۬ فِىٓ إِبۡرَٲهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ ۥۤ إِذۡ قَالُواْ لِقَوۡمِہِمۡ إِنَّا بُرَءَٲٓؤُاْ مِنكُمۡ وَمِمَّا تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ كَفَرۡنَا بِكُمۡ وَبَدَا بَيۡنَنَا وَبَيۡنَكُمُ الۡعَدَٲوَةُ وَالۡبَغۡضَآءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤۡمِنُواْ بِاللَّهِ وَحۡدَهُ
“Sungguh telah ada teladan yang baik pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya, yaitu ketika mereka berkata kepada kaumnya; Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari segala yang kalian sembah selain Allah. Kami ingkari kalian dan telah nyata antara kami dengan kalian permusuhan dan kebencian untuk selamanya sampai kalian mau beriman kepada Allah saja” (QS. al-Mumtahanah: 4)
Dari Anas radhiyallahu’anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Tanda keimanan adalah mencintai kaum Anshar dan tanda kemunafikan adalah membenci kaum Anshar.” (HR. Bukhari)
Sumber : http://abuabdurrohmanmanado.wordpress.com/2013/12/30/kaitan-tauhid-dengan-al-wala-wal-bara/
Minggu, Oktober 12, 2014
Takut Kepada Allah
Posted by Unknown
On Minggu, Oktober 12, 2014
Rasulullah bersabda:
لَيْسَ شَيْءٌ أَحَبَّ إِلَى اللهِ مِنْ قَطْرَتَيْنِ وَأَثَرَيْنِ،
قَطْرَةٌ مِنْ دُمُوْعٍ فِيْ خَشْيَةِ اللهِ وَقَطْرَةُ دَمٍ تُهَرَاقُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ،
وَأَمَّا الْأَثَرَانِ فَأَثَرٌ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَأَثَرٌ فِيْ فَرِيْضَةٍ مِنْ فَرَائِضِ اللهِ
“Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai Allah selain dua tetesan dan
dua bekas. Yaitu, tetesan air mata karena takut kepada Allah dan
tetesan darah yang mengalir (saat jihad) di jalan Allah. Adapun dua
bekas, yaitu bekas dari berjihad di jalan Allah dan bekas dari
menunaikan salah satu kewajiban yang telah Allah tetapkan.” (H.R. Tirmidzi no 1363).
Pada hakikatnya, manusia sangat butuh kepada penciptanya. Manusia yang jauh dari Allah, maka semakin juah ia dari jalan yang lurus dan semakin terperangkap dari dosa. Dengan demikian, hati mereka semakin keras laksana karang dan tidak dapat menangis lagi yang disebabkan mendengar ayat-ayat Allah dibacakan atau karena takut kepada Allah. Hanya orang yang diberikan rahmat oleh Allah yang mampu menangis karena mendengar ayat-ayat Allah dan takut kepadaNya.
Terkadang, kita sangat sulit untuk menangis. Kenapa ? Mungkin karena hati kita yang sudah lalai jauh kepada Allah atau mungkin karena banyaknya maksiat yang kita lakukan ? Jika demikian, segeralah kembali kepada Allah. Sifat kasih sayang Allah mendahului kemurkaanNya. IsnyaAllah jika kita mau bertobat dan bertekad untuk lepas dari dosa, maka sesungguhnya Allah maha penerima tobat
Wallahu a'alam
Senin, Oktober 06, 2014
Ceramah : Gambaran Surga Dalam Al-Qur'an
Posted by Unknown
On Senin, Oktober 06, 2014
Bismillah...
Pembaca sekalian, sudah pernah lihat surga ? Sama, kami juga belum pernah lihat surga. Namun gambaran surga sudah dimuat dalam Al-Qur'an. Bagaimana ? Simak 3 kajian berikut :
Di Sini
Semoga kajian-kajian tersebut, dapat bermanfaat bagi kita semua
Pembaca sekalian, sudah pernah lihat surga ? Sama, kami juga belum pernah lihat surga. Namun gambaran surga sudah dimuat dalam Al-Qur'an. Bagaimana ? Simak 3 kajian berikut :
Di Sini
Semoga kajian-kajian tersebut, dapat bermanfaat bagi kita semua
Kamis, September 18, 2014
Asuransi Perniagaan
Posted by Unknown
On Kamis, September 18, 2014
Bsimillah...
asuransi perniagaan adalah asuransi yang diberikan kepada nasabah sebagai claim ganti rugi ata suatu bencana yang menimpa nasabah dengan syarat, nasabah menyetorkan sejumlah uang tiap bulannya sebagai penggantian claim kepada asuransi.
Hukum asuransi perniagaan, ulama terbagi menjadi 2 pendapat :
1) Boleh
2) Haram (pendapat lajanh ad-daimah)
InshaAllah, pendapat kedua lebih terpercaya
Wallahu a'lam
Sabtu, September 13, 2014
Download : Nasehat Bagi Penuntut Ilmu
Posted by Unknown
On Sabtu, September 13, 2014
Bismillah,
buat teman-teman mahasiswa, dan pembaca blog, bisa mendownload nasehat bagi penuntut ilmu oleh ustadz Abu Ihsan Al-Atsray, pada link berikut
Download di sini
buat teman-teman mahasiswa, dan pembaca blog, bisa mendownload nasehat bagi penuntut ilmu oleh ustadz Abu Ihsan Al-Atsray, pada link berikut
Download di sini
Senin, September 01, 2014
2 pertanyaan
Posted by Unknown
On Senin, September 01, 2014
1) Perkara apa yang paling Allah perintahkan dan perkara apa yang paling Allah larang ?
jawab :
Perkara yang paling Allah perintahkan adalah mengesakan Allah. Perkara yang paling Allah larang adalah berbuat syirik, yaitu menyeru kepada selain Allah, menyerahkan ibadah kepada selain Allah dan menjadikan sesembahan selain Allah
2) Siapa yag lebih utama, orang miskin yang bersabar atau orang kaya yang bersyukur ?
jawab :
Keduanya merupakan mukmin yag utama, namu yang paling utama adalah yang paling bertakwa kepada Allah
Sumber : http://muslimah.or.id/aqidah/soal-jawab-seputar-aqidah.html
*dengan pengeditan seperlunya
Langganan:
Postingan (Atom)