Jumat, Juni 27, 2014

Wali-wali Syaithan

Posted by Unknown On Jumat, Juni 27, 2014
Pembagian agam menjadi tarekat, syari'at, hakikat dan ma'rifat, merupakan perkara yang tidak diajarkan oleh Rasulullah dan diada-adakan oleh orag-orang sufi. Orang-orang tersebut, menganggap bila seseorang telah mencapai tingkatan hakikat, maka telah gugurlah kewajiban syari'at kepadanya. Syari'at menurut kalangan sufiyah adalah tingkatan orang awam yang masih dibebani kewajiban-kewajiban syari'at. Sesungguhnya istilah-istilah ini, dapat menuntun orang keluar dari islam dan ingin lari dari kewajiban syari'at. Sesungguhnya pembagian semacam ini, bukanlah berasal dari islam yang benar.

Rasulullah bersabda :

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.

“Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntutan dari kami, maka amalan tersebut tertolak.” 

Sungguh, banyak masyarakt awam yang tertipu dan menganggap orang-orang seperti ini adalah wali Allah, dimana mereka meyakini wali Allah adalah orang-orang yang beribadah secara berlebih-lebihan tanpa perlu untuk mengikuti contoh dari Rasulullah. Orang-orang seperti ini sangat berbahaya bagi umat islam terutama bagi orang-orang yang belum paham.

Kaum sufi, meyakini bahwa mengikuti sunnah hanya dalam hati saja, tidak perlu dengan amalan zhahir. Ittiba' kepada Rasul (mengikuti tuntunan Rasulullah) memberikan konsekuensi yaitu mengikuti beliau baik secara batin maupun amal zhahir.

Para ulama salaf mengatakan : "Apabila kita melihat seseorang yang bisa berjalan diatas air, janganlah kita langsung menganggapnya sebagai wali Allah, sebelum kita mengkur amalannya dengan Al-Qur'an dan Sunnah"

Dalam sebuah sya'ir dikatakan :
Jika engaku melihat seseorang yang terbang melayang,
dan berjalan di lautan dengan mengambang.
Tetapi dilanggarnya batas-batas syari'at Allah
maka ia adalah orang yang ditunda (siksanya) oleh Allah
dan ia adalah pelaku bid'ah.
Banyak pelaku kesesatan mendapatkan kekuatan dengan cara bersemedi, meditasi, meninggalkan shalat dan sebagainya, ini adalh bentuk-bentuk kesesatan. Namun mereka menganggap itu adalah hal yang baik.

Rasulullah bersabda :

مَنْ تَرَكَ ثَلاَثَ جُمَعٍ تَهَاوُنًا بِهَا مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ طَبَعَ اللهُ عَلَى قَلْبِهِ.

“Barangsiapa yang meninggalkan shalat Jum’at (berjama’ah) sebanyak tiga kali, karena malas dan bukan karena udzur, maka Allah akan menutup pintu hatinya.”

Orang yang berilmu, namun membangkang kepada Allah, maka ia akan dimurkai. Apabila orang jahil yang membangkang, maka ia termasuk orang yang sesat.

Banyak kaum sufi menyandarkan istilah hakikat dan syari'at pada kisah nabi Musa dan nabi Khidir alaihimussalam, namun sesungguhnya nabi musa tidak diutus kepada nabi khidir, sehingga nabi khidir memang tidak wajib berittiba kepada nabi Musa. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam diutus kepada jin dan manusia. Maka semua manusia diperintahkan untuk ittiba' kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, bahkan jika nabi Isa turun ke bumi, ia wajib mengikuti syari'at nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

Maka betapa kelirunya orang-orang yang mendasarkan hakikat dan syari'at berdasarkan kisah nabi musa dan nabi khidir, selama ia masih umat nabi Muhammad, maka wajib baginya untuk mengikuti syari'ay nabi Muhammad dan tidak boleh keluar darinya, barangsiapa yang merasa bisa keluar dari syari'at nabi Muhammad, maka ia harus bersyahadat kembali. Dan tidak mungkin orang seperti ini digolongkan sebagai wali-wali Allah. Dan hal inilah yang membedakan wali Allah dan wali Syaithan

sumber :
http://almanhaj.or.id/content/2464/slash/0/pernyataan-tentang-hakekat-dan-syariat/

0 komentar:

Blogger news


Blogroll

Yang sudah mengunjungi blog ini

web visitor statistics