Kamis, November 28, 2013

Hijrahnya Rosulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam-

Posted by Unknown On Kamis, November 28, 2013
Gelombang hijrah kaum muslimin dari Makkah ke Madinah, baik secara individu maupun secara berkelompok, sangat menimbulkan kekhawatiran di kalangan kaum kafir Quraisy. Mereka khawatir kaum muslimin akan bersatu. Jika bersatu, berarti menjadi ancaman bagi keberadaan kaum kafir Quraisy dan budaya paganismenya. Kekhawatiran itu kian menjadi, jika Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ikut hijrah bersama mereka, lalu memimpin kaum muslimin. Ini tentu menjadi ancaman yang sangat menakutkan. Karena mereka mengetahui betapa sangat berpengaruh kedudukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di hati kaum muslimin. Kaum musyrikin Quraisy juga mengetahui kesiapan kaum muslimin rela berkorban demi membela agama yang dibawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Terbelih lagi dengan keberadaan kabilah Aus dan Khazraj yang telah menerima kaum Muhajirin. Dua kabilah tersebut memiliki kemampuan yang tidak bisa diragukan. Begitu pula secara geografis, kota Madinah dengan posisinya yang strategis merupakan jalur perdagangan yang menjadi sumber utama penghidupan kafir Quraisy. 

Demikian, beberapa hal yang sangat mengkhawatirkan kaum kafir Quraisy. Mereka pun ingin terlepas dari semua ketakutan yang membayang-bayanginya. Sehingga pada hari Kamis, 26 Safar tahun ke- 14 dari kenabian, bertepatan dengan 12 september 622 M, sekitar dua bulan pasca Bai’ah Aqabah kedua, para tokoh kafir Quraisy berkumpul di Dârun-Nadwah membahas keadaan ini. Mereka mencari solusi yang dirasa tepat. 

Dalam riwayat lain terdapat penjelasan yang lebih rinci. Yaitu ketika kaum kafir Quraisy berkumpul di Dârun-Nadwah mebicarakan cara yang tepat untuk melepaskan diri dari ancaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , mereka didatangi Iblis yang menjelma menjadi seorang laki-laki. Iblis ini mengaku berasal dari Nejed. Dia mengaku telah mendengar acara pertemuan ini, dan ia ingin bergabung memberikan saran dan nasihat. 

Kemudian salah seorang lagi mengusulkan agar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diasingkan. Iblis inipun menolak pendapat ini seraya mengatakan, bahwa tutur bahasa Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyenjukkan hati mampu menarik banyak orang untuk mengikutinya. Sehingga ia pun akan mampu mengalahkan Quraisy.

Terakhir, Abu Jahl mengusulkan agar memilih seorang pemuda terpandang lagi kuat dari masing-masing kabilah. Masing-masing pemuda ini diberi pedang tajam. Dengan pedang-pedang ini, mereka menyerang Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara bersama-sama, sehingga tanggung jawab atas kematiannya akan terbagi ke dalam beberapa kabilah. Dengan demikian, akan dapat memaksa Bani Abdul Manaf rela menerima diyat (tebusan harta atas kematian seseorang), sebab mereka tidak akan mampu memerangi sebuah kabilah yang terlibat dalam pembunuhan ini.

Mendengar pendapat Abu Jahl yang busuk ini, sang Iblis mendukungnya, dan seluruh peserta pun menyepakatinya. Pertemuan kaum kafir Quraisy di Dârun-Nadwah ini menghasilkan suara bulat.

Meskipun kaum Quraisy membuat makar, tetapi mereka tidak mengetahui makar Allah Subhanahu wa Ta’ala . Tipu daya mereka secara sepat diketahui oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Karena seusai pertemuan itu, Malaikat Jibril Alaihissallam kemudian mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Jibril Alaihissallam memberitahukan perihal hasil pertemuan itu, dan selanjutnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diperintahkan agar tidak bermalam di tempat tidurnya pada malam itu.

Dengan permintaan ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan isyarat yang telah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikan sebelumnya, yaitu ketika Abu Bakar  hendak berangkat hijrah, namun ditahan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Abu Bakar pun menawarkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memilih salah satu di antara dua kendaraan yang disukainya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersedia memilih, namun tetap dengan membayarnya. 

Mereka menyewa seorang penunjuk jalan yang mengerti perjalanan di padang pasir, yaitu 'Abdullah bin Urqud, seorang musyrik. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar merahasiakan permasalahan mereka kepada si penunjuk jalan ini. 

Asma` menyediakan bekal untuk mereka berdua. Ikat pinggang miliknya ia potong untuk mengikat bekal. Sehingga ia dikenal dengan sebutan Dzatun-Nithâq atau Dzatun-Nithâqain

 Abu Bakar menyuruh anaknya, 'Abdullah untuk menyadap informasi permbicaraan masyarakat Makkah tentang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar Radhiyallahu anhu , lalu menyampaikan berita tersebut kepada mereka di gua Tsûr pada malam hari. 

Demikianlah beberapa peristiwa yang mengawali hijrah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama Abu Bakar  ke Madinah. (Ustadz Nusadi). 


0 komentar:

Blogger news


Blogroll

Yang sudah mengunjungi blog ini

web visitor statistics