Jumat, Oktober 25, 2013

Apakah ketentraman hati merupakan indikasi kebenaran?

Posted by Unknown On Jumat, Oktober 25, 2013
Apakah kegiatan atau perbuatan yang mendatangkan ketenteraman di hati merupakan indikasi benarnya apa yang dilakukan? Terdapat satu ayat dalam Al Qur`an yang menegaskan, dzikrullah (berdzikir kepada Allah, mengingat Allah) dapat menenteramkan hati. Allah Azza wa Jalla berfirman:

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ ١٣:٢٨

"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati-hati mereka menjadi tenteram dengan berdzikir (mengingat) kepada Allah. Ingatlah, hanya dengan berdzikir (mengingat) kepada Allah-lah, hati akan menjadi tenteram". [ar Ra'd / 13 : 28].


Berkaitan dengan ayat ini, Imam Ibnu Katsir menjelaskan : "Maksudnya, hati akan menjadi baik dan menjadi senang ketika menuju ke sisi Allah. Hati menjadi tenang ketika mengingat Allah, dan hati merasa puas ketika merasa bahwa Allah adalah Pelindung dan Penolongnya". 

Sementara, Syaikh Abdur Rahman bin Nashir as Sa'di rahimahullah, seorang ulama besar dunia yang hidup antara tahun 1307 H – 1376 H menjelaskan lebih rinci ayat di atas. Beliau mengatakan: 

"Nyatalah, hanya dengan berdzikir mengingat Allah (hati menjadi tenteram), dan sewajarnyalah hati tidak akan tenteram terhadap sesuatupun kecuali dengan mengingat Allah. Sebab, sesungguhnya tidak ada sesuatupun yang lebih lezat dan lebih manis bagi hati dibandingkan rasa cinta, kedekatan serta pengetahuan yang benar kepada Penciptanya. Sesuai dengan kadar pengetahuan serta kecintaan seseorang pada Penciptanya, maka sebesar itu pula kadar dzikir yang akan dilakukannya. Ini berdasarkan pendapat yang mengatakan, bahwa dzikir kepada Allah ialah dzikirnya seorang hamba ketika menyebut-nyebut Rabb-nya dengan bertasbih, ber-tahlil (membaca Laa ilaaha Illallaah), bertakbir dan dzikir-dzikir lainnya. 


Dari dua keterangan ulama besar di atas, ketenteraman hati yang hakiki hanya diperoleh ketika seseorang berdzikir kepada Allah secara benar dan memahami makna-makna serta hukum-hukum yang ada dalam al Qur`an secara benar pula. Itulah ketenteraman hati yang sesungguhnya. 

Persoalannya, apakah setiap kegiatan yang dapat mendatangkan ketenteraman hati, berarti pasti bahwa kegiatan itu benar? Mungkinkah seseorang mendapat ketentaraman hati sedangkan cara yang dilakukannya salah? Persoalan ini muncul sebagai syubhat yang sering terlontar untuk membenarkan kegiatan tertentu, dengan alasan dapat menenteramkan hati.

"Ibadah mempunyai dua syarat. Pertama : Ikhlas hanya untuk Allah Azza wa Jalla. Yakni tidak memaksudkan peribadatannya kecuali untuk mencari wajah Allah dan mencapai negeri kemuliaanNya (di akhirat). Inilah realisasi dari syahadat Laa ilaaha Illallaah. Kedua, mengikuti petunjuk Rasulullah  . Yaitu tidak melakukan kegiatan peribadatan apapun, kecuali berdasarkan apa yang disyari'atkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Pembuktian tentang dua persyaratan ini terdapat dalam Kitabullah dan Sunnah NabiNya Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Sebagian dalil al Qur`an yang menunjukkan disyaratkannya ikhlas dalam peribadatan ialah firman Allah Subanahu wa Ta'ala:

فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّينَ ٣٩:٢
أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ ٣٩:٣ 

"Maka sembahlah Allah saja dengan ikhlas, menyerahkan ketaatan kepadaNya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah sajalah agama yang bersih (dari syirik)". [az Zumar / 39 : 2 – 3].


.

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ ٩٨:٥

"Dan tidaklah mereka disuruh kecuali supaya menyembah Allah saja dengan mengikhlaskan (memurnikan) ketaatan kepadaNya (dalam menjalankan agama) dengan lurus". [al Bayyinah/98 : 5]




وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ ٦:٨٨

"Seandainya mereka mempersekutukan Allah (tidak ikhlas), niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan". [Al-An'am/6 : 88] 


Sedangkan sebagian dalil dari al Qur`an yang menunjukkan disyaratkannya mutaba'ah (mengikuti petunjuk atau jalan Rasul) ialah, firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ٦:١٥٣

"Sesungguhnya (yang Aku perintahkan) ini adalah jalanKu yang dalam keadaan lurus, maka ikutilah dia. Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan lain, karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian ituadalah wasiat Allah yang Ia wasiatkannya kepadamu agar kamu menjadi orang-orang yang bertakwa". [al An'am/6 : 153]




وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ ٣:٨٥

"Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya. Dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi". [ali Imran/3 : 85]. 


Dari Jabir bin Abdillah, ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkhutbah pada hari Jum'at, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, di antaranya :

أما بعد : فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ. أخرجه مسلم فى صحيحه

"Amma ba'du : Sesungguhnya sebaik-baik pembicaran adalah Kitab Allah,dan sebaik baik jalan (metoda) adalah jalan (metoda) Muhammad. Sedangkan seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan secara baru dalam urusan agama, dan setiap bid'ah adalah sesat". [HR Muslim].[6] 


Bisakah perbuatan yang salah dan bid'ah mendatangkan ketenteraman hati? 

Jawabnya adalah, bisa saja, sebab ketenteraman hati berkait erat dengan rasa. Bila seseorang merasa mantap dengan suatu kegiatan, bisa saja kegiatan itu mendatangkan ketenteraman di hatinya. Padahal kegiatan tersebut adalah kegiatan yang salah, dan bahkan mungkin sesat. Tetapi karena perasaannya menganggap kegiatan itu baik, sehingga melahirkan kesenangan tersendiri pada jiwanya. Namun, itu hanyalah kesenangan dan ketenteraman semu. Tidak akan berlangsung lama hingga di akhirat. 


Jadi adanya dalil yang menyatakan bahwa dzikrullah dapat menenteramkan hati, tidak lantas bisa diambil pengertian terbalik, yaitu tiap-tiap kegiatan atau tiap-tiap wirid atau tiap-tiap dzikir yang dapat menjadikan tenteram hati, berarti kegiatan-kegiatan itu pasti benar. Itu adalah anggapan yang keliru. 
Demikianlah, hendaknya para hamba Allah berhati-hati dan senantiasa bertakwa kepada Allah. Wallahu Waliyyu at Taufiiq. Wallahu a'lam.




0 komentar:

Blogger news


Blogroll

Yang sudah mengunjungi blog ini

web visitor statistics