Tulisan ini kami angkat dari tulisan Ustadz Muhammad Ashim bin Musthofa hafidzahullah
Allah Subhanahu wa Ta'ala menyanjung Nabi Ismâ'îl bin Ibrâhîm al-Khalîl Alaihissalam bahwa (Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya) . Ia tidak mendustai janjinya dan tidak berbuat ingkar. Bila sudah berjanji kepada Rabbnya atau kepada sesama manusia, niscaya akan memenuhinya . Sifat terpuji yang beliau miliki ini umum, baik janji yang ditujukan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala maupun kepada sesama manusia.
Syaikh asy-Syinqithi rahimahullah mengatakan, seseorang yang sanggup memenuhi janjinya dengan menyerahkan diri untuk disembelih, sungguh itu termasuk bukti meyakinkan tentang kebenaran janjinya.
Demikianlah janji Nabi Ismâ'îl, dan Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan jika Nabi Ismâ'îl menepati janjinya
sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ
"Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya)…. [Ash-Shâffât/37:103]
Dan Nabi Ismâ'îl pun menepati janji tersebut. Kemudian menyuruh sang ayah untuk menyembelih dirinya, sebuah cobaan paling besar yang menimpa seorang manusia.
Peristiwa ini, benar-benar merupakan ujian yang sangat besar, sehingga perbuatan menepati janji yang telah dilakukan itu termasuk perilaku terpuji. Dan sebaliknya, berdasarkan dalîl khithâb - mafhûm mukhâlafah -, mengingkari suatu janji, maka terhitung sebagai bagian dari sifat-sifat tercela. Penjelasan masalah ini telah diuraikan di sejumlah ayat dalam Kitabullah
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. [Shâf/61:2-3], dan lain-lain.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ : إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخَْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
"Tanda orang munafik ada tiga; jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, jika dipercaya ia berkhianat." [HR al-Bukhari]
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah memuji Abul-'Ash bin ar-Rabî', suami dari Zainab. Kata beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang Abul-'Ash bin ar-Rabî':
حَدَّثَنِيْ فَصَدَّقَنِيْ وَوَعَدَنِيْ فَوَفَّى لِيْ
"Dia telah berbicara kepadaku dan berkata jujur, berjanji kepadaku dan menepatinya". [HR al-Bukhâri,]
Sikap menepati janji ini termasuk salah satu faktor yang telah mengangkat derajat Nabi Ismâ'îl Alaihissalam, sehingga berhak disebut dalam al-Qur`anil-'Azhîm. Mengapa Nabi Ismâ'îl diistimewakan dengan sanjungan ini, bukankah tidak ada nabi yang memiliki sifat mengingkari janji
وَكَانَ رَسُولًا نَبِيًّا
"dan dia adalah seorang rasul dan nabi"
وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ
"Dan ia menyuruh ahlinya untuk shalat dan menunaikan zakat".
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka …. - at- Tahrîm/66 ayat 6-, dan sudah diketahui bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengaplikasikan perintah ini
Jadi, menggiatkan keluarga untuk bersama-sama beribadah merupakan faktor lain yang bisa mendatangkan kemuliaan dan kenikmatan Allah Subhanahu wa Ta'ala bagi Nabi Ismâ'îl Alaihissalam, sehingga namanya disebutkan di dalam al-Qur`ânil-Karim.
وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا
"dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Rabbnya".
Seluruh amalan dan ucapannya diridhai lagi terpuji dalam menjalankan apa yang dibebankan pada dirinya, tidak kurang dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sisi lain yang menyebabkan Nabi Ismâ'îl menjadi insan yang diridhai di sisi Rabbnya, dikatakan oleh Syaikh as-Sa'di rahimahullah, lantaran ia menjalankan apa-apa yang diridhai Rabbnya Subhanahu wa Ta'ala, kesungguhannya dalam urusan-urusan yang diridhai-Nya. Maka Allah pun meridhai dan memasukkannya ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang paling istimewa, dan para wali-Nya yang didekatkan. Allah Subhanahu wa Ta'ala meridhainya dan ia ridha kepada Rabbnya.
PELAJARAN YANG BISA DIPETIK
Ketetapan mengenai kenabian Muhammad Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebab Dzat yang telah mengangkat para nabi yang disebutkan dalam surat Maryam dan menjadikan mereka utusan-utusan Allah, maka tidak ada alasan mengingkari kenabian dan kerasulan Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sifat mengingkari janji merupakan perbuatan tercela.
http://almanhaj.or.id/content/3502/slash/0/pahala-menepati-janji/
Allah Subhanahu wa Ta'ala menyanjung Nabi Ismâ'îl bin Ibrâhîm al-Khalîl Alaihissalam bahwa (Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya) . Ia tidak mendustai janjinya dan tidak berbuat ingkar. Bila sudah berjanji kepada Rabbnya atau kepada sesama manusia, niscaya akan memenuhinya . Sifat terpuji yang beliau miliki ini umum, baik janji yang ditujukan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala maupun kepada sesama manusia.
Syaikh asy-Syinqithi rahimahullah mengatakan, seseorang yang sanggup memenuhi janjinya dengan menyerahkan diri untuk disembelih, sungguh itu termasuk bukti meyakinkan tentang kebenaran janjinya.
Demikianlah janji Nabi Ismâ'îl, dan Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan jika Nabi Ismâ'îl menepati janjinya
sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ
"Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya)…. [Ash-Shâffât/37:103]
Dan Nabi Ismâ'îl pun menepati janji tersebut. Kemudian menyuruh sang ayah untuk menyembelih dirinya, sebuah cobaan paling besar yang menimpa seorang manusia.
Peristiwa ini, benar-benar merupakan ujian yang sangat besar, sehingga perbuatan menepati janji yang telah dilakukan itu termasuk perilaku terpuji. Dan sebaliknya, berdasarkan dalîl khithâb - mafhûm mukhâlafah -, mengingkari suatu janji, maka terhitung sebagai bagian dari sifat-sifat tercela. Penjelasan masalah ini telah diuraikan di sejumlah ayat dalam Kitabullah
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. [Shâf/61:2-3], dan lain-lain.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ : إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخَْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
"Tanda orang munafik ada tiga; jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, jika dipercaya ia berkhianat." [HR al-Bukhari]
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah memuji Abul-'Ash bin ar-Rabî', suami dari Zainab. Kata beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang Abul-'Ash bin ar-Rabî':
حَدَّثَنِيْ فَصَدَّقَنِيْ وَوَعَدَنِيْ فَوَفَّى لِيْ
"Dia telah berbicara kepadaku dan berkata jujur, berjanji kepadaku dan menepatinya". [HR al-Bukhâri,]
Sikap menepati janji ini termasuk salah satu faktor yang telah mengangkat derajat Nabi Ismâ'îl Alaihissalam, sehingga berhak disebut dalam al-Qur`anil-'Azhîm. Mengapa Nabi Ismâ'îl diistimewakan dengan sanjungan ini, bukankah tidak ada nabi yang memiliki sifat mengingkari janji
وَكَانَ رَسُولًا نَبِيًّا
"dan dia adalah seorang rasul dan nabi"
وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ
"Dan ia menyuruh ahlinya untuk shalat dan menunaikan zakat".
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka …. - at- Tahrîm/66 ayat 6-, dan sudah diketahui bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengaplikasikan perintah ini
Jadi, menggiatkan keluarga untuk bersama-sama beribadah merupakan faktor lain yang bisa mendatangkan kemuliaan dan kenikmatan Allah Subhanahu wa Ta'ala bagi Nabi Ismâ'îl Alaihissalam, sehingga namanya disebutkan di dalam al-Qur`ânil-Karim.
وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا
"dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Rabbnya".
Seluruh amalan dan ucapannya diridhai lagi terpuji dalam menjalankan apa yang dibebankan pada dirinya, tidak kurang dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sisi lain yang menyebabkan Nabi Ismâ'îl menjadi insan yang diridhai di sisi Rabbnya, dikatakan oleh Syaikh as-Sa'di rahimahullah, lantaran ia menjalankan apa-apa yang diridhai Rabbnya Subhanahu wa Ta'ala, kesungguhannya dalam urusan-urusan yang diridhai-Nya. Maka Allah pun meridhai dan memasukkannya ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang paling istimewa, dan para wali-Nya yang didekatkan. Allah Subhanahu wa Ta'ala meridhainya dan ia ridha kepada Rabbnya.
PELAJARAN YANG BISA DIPETIK
Ketetapan mengenai kenabian Muhammad Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebab Dzat yang telah mengangkat para nabi yang disebutkan dalam surat Maryam dan menjadikan mereka utusan-utusan Allah, maka tidak ada alasan mengingkari kenabian dan kerasulan Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sifat mengingkari janji merupakan perbuatan tercela.
http://almanhaj.or.id/content/3502/slash/0/pahala-menepati-janji/
0 komentar:
Posting Komentar