Sekarang, kalau semuanya kembali kepada kehendak Allah dan segalanya berada di Tangan allah, lalu apakah jalan dan upaya yang akan ditempuh seseorang apabila dia telah ditakdirkan Allah tersesat dan tidak mendapat petunjuk?
Jawabnya: bahwa Allah menunjuki orang-orang yang patut mendapat petunjuk dan menyesatkan orang-orang yang patut menjadi sesat.
Allah berfirman :
"Artintya : (Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka dan Kami jadikan hati mereka keras membantu, mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya" [Al-Maidah : 13]
Kalau begitu, mengapa jika seseorang menempuh jalan kesesatan lalu berdalih bahwa Allah telah menghendakinya demikian? Apa tak lebih patut baginya menempuh jalan kebenaran kemudian mengatakan bahwa "Allah telah menunjukkan kepadaku jalan kebenaran?".
Jadi, rizki ini pun telah dicatat seperti hanya amal perbuatan, baik ataupun buruk, juga telah dicatat.
Kalau begitu, mengapa Anda pergi ke sana kemari untuk mencari rizki dunia tetapi tidak berbuat kebaikan untuk mencari rizki akhirat dan mendapatkan kebahagiaan Surga? Padahal kedua-duanya adalah sama, tidak ada perbedaannya.
Sebagaimana telah kami kemukakan bahwa masalah qadar adalah rahasia Allah yang tersembunyi, tak mungkin Anda paat mengetahuinya. Sekarang Anda berada di antara dua jalan; jalan yang membawa Anda kepada keselamatan, kebahagiaan, kedamaian dan kemuliaan; dan jalan yang dapat membawa Anda kepada kehancuran, penyesalan dan kehinaan. Sekarang Anda sedang berdiri di antara ujung kedua jalan tersebut dan bebas untuk memilih, tak ada seorang pun yang akan merintangi Anda untuk melalui jalan yang kanan atau yang kiri. Anda dapat pergi ke manapun sesuka hati Anda. Lalu mengapa Anda memilih jalan kiri (sesat) kemudian berdalih bahwa "Itu sudah takdirku?" Apa tidak lebih patut jika Anda memilih jalan kanan dan mengatakan bahwa "Itulah takdirku?"
Untuk lebih jelasnya, apabila Anda mau bepergian ke suatu tempat dan di hadapan Anda ada dua jalan. Yang satu mulus, lebih pendek dan lebih aman; sedang yang kedua rusak, lebih panjang dan mngerikan. Tentu saja Anda akan memilih jalan yang mulus, yang lebih pendek dan lebih aman, tidak memilih jalan yang tidak mulus, tidak pendek dan tidak aman. Ini berkenaan dengan jalan yang visual, begitu pula dengan yang non visual, sama saja dan tidak ada bedanya. Namun, kadangkala hawa nafsulah yang memegang peran dan menguasai akal. Padahal, sebagai seorang mukmin seyogyanya akalnyalah yang harus lebih berperan dan menguasai hawa nafsunya. Jika orang menggunakan akalnya, maka akal itu -menurut pengertian sebenarnya- akan melindungi pemiliknya dari yang membahayakan dan membawanya kepada yang bermanfaat dan membahagiakan.
Pembaca yang budiman.
Allah dengan sifat hikmahNya, menentukan hidayah bagi siapa yang dikehendakiNya yang menurut pengetahuanNya menginginkan al-haq dan hatinya berada dalam istiqamah. Dan dengan sifat hikmahNya pula, Dia menentukan kesesatan bagi siapa yang suka akan kesesatan dan hatinya tidak senang dengan Islam. Sifat hikmah Allah tidak dapat menerima bila orang yang suka akan kesesatan termasuk dalam golongan orang-orang yang mendapat petunjuk, kecuali jika Allah memperbaiki hatinya dan merubah kehendaknya, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Namun, sifat hikmahNya menetapkan bahwa setiap sebab berkaitan erat dengan akibatnya.
sumber : http://almanhaj.or.id/content/1900/slash/0/sanggahan-terhadap-mereka-yang-menetapkan-kemampuan-manusia-dan-meniadakan-kehendak-allah/
0 komentar:
Posting Komentar