بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيْمِ
الْحَمْدُ لِلَهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
وَمَنِ اتَّبَعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ

Sunnah, adalah sesuatu yangt berasal dari nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- dan pastinya, yang berasal dari beliau bukanlah kebohongan, melainkan petunjuk dari Allah .
Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut
kemauan hawa nafsunya. Ucapannya tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
kepadanya. (QS. An-Najm: 3-4)
Dari Abdullah bin Amr berkata: Dahulu aku
menulis semua yang aku dengar dari Rasulullah untuk kuhafalkan, namun Quraish
melarangngku seraya mengatakan: Apakah engau menulis segala sesuatu, padahal
Rasulullah adalah seorang manusia yang berbicara ketika marah dan ridha?! Akupun
menahan diri dari penulisan sehingga aku mengadukannya kepada Rasullalh, lantas
beliau mengisyaratkan dengan jarinya ke mulutnya seraya bersabda: Tulislah, Demi
Dzat Yang jiwaku berada di tanganNya, tidaklah keluar darinya (mulut Nabi)
kecuali al-Haq (sesuatu yang jujur dan benar) (HR. Abu-Dawud)
Dari kedua dalil ini, menunjukkan bahwa kita wajib untuk meyakini hadits yang shahih, membenarkannya dan mengamalkan isinya.
lantas ada segolongan orang yang mengagungkan rasio (akal) daripada dalil. Padahal Allah -subhanahu wa ta'ala- tidaklah menciptakan akal melainkan untuk memanami dalil bukan untuk melawan dalil. Orang-orang ini, dengan akalnya yang rusak menolak sunnah (hadits). Alsannya macam-macam, tidak sesuai akal (yah jelaslah, akal mereka kan rusak), tidak sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan alam, statusnya Ahad dan lain-lain. Maka landasan mereka hanya Al-Qur'an saja. Lalu bagaimana mereka menafsirkan waktu shalat, hukum zakat, haji dan sebagainya ??? Sungghuh aneh, tapi nyata.
maka, disinilah pentingnya ilmu, dengan ilmu, kita tidak akan jadi golongan seperti ini -insya Allah- dan menjadi menjadi penolong agama Allah dan RasulNya. Sebagaimana sabda beliau:
haditsnya:
نَضَّرَ اللهُ امْرَءًا سَمِعَ مَقَالَتِيْ
فَوَعَاهَا ثُمَّ أَدَّاهَا كَمَا سَمِعَهَا
Semoga Allah mencerahkan wajah seorang yang
mendengar sebuah hadits dariku lalu dia menyampaikannya sebagaimana yang dia
dengar
Maka, sangat tepat perkataan seorang ulama:
Saya perang melawan orang-orang yang menolak hadits Nabi
lebih saya sukai daripada saya perang melawan pasukan kafir sejumlah
mereka (Imam Al-Humaidi)
Terakhir renungkanlah perkatan berikut:
Tegarlah dengan ucapan Rasul dan janganlah
khawatir karena sedikitnya kawan dan teman.
Allah penolong agamaNya dan
kitabNya Allah menjamin keamanan bagi
hambaNya.
Janganlah takut tipu daya musuh dan makar
mereka Karena senjata mereka hanyalah tuduhan dan
kedustaan.
Pasukan pengikut Rasul adalah para
Malaikat. Adapun pasukan mereka adalah bala tentara
Syetan.
Alangkah jauh perbedaan antara dua pasukan
tersebut. Barangsiapa mundur, maka hendaknya melihat dua
pasukan tersebut (Imam Ibnul Qayyim)
0 komentar:
Posting Komentar